Jumat, 25 Februari 2011

Pengertian E-Tailing


E-retailing

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Melihat perkembangan sistem informasi pada saat ini yang sangat pesat, yang diiringi dengan majunya taknologi informasi. Hal ini tidak lepas diantaranya dengan munculnya atau berkembangnya seperangkat software atau hardware, yang ditandai denagn tumbuh pesatnyan komputerisasi, yang sudah menyentuh beberapa aspek kehidupan diantaranya peran teknologi informasi atau sistem informasiterhadap suatu perusahaan atau usaha tertentu dan bahkan pada suatu masyarakat tertentu sistem informasi itu sudah menjadi kebutuhan pokok. Termasuk diantaranya sistem informasi penjualan pada suatu perusahaan atau E-Retailing sangat perlu untuk segera menyesuaikan tuntutan pada era yang ada agar tidak tertinggal sehingga pada akhirnya akan mampu untuk bersaing dan berkmbang sebagaimana mestinya.
E-Retailing adalah kegiatan retail yang dilakukan secara online melalui internet. Setiap perusahaan berusaha untuk selalu mendapatkan informasi yang mendukung kegiatan perusahaan agar dapat berkembang dan bersaing dalam menghadapi pihak yang ditujukan untuk memberi pelayanan terbaik melalui situs web secara online.
1.2. Rumusan Masalah
Dalam pembuatan makalah ini, disertakan tujuannya yang berfungsi untuk memperjelas arah penulisan makalah yaitu untuk mempermudah mahasiswa memahami apa yang dimaksud dengan E-tailing.
Bersasarkan latar belakang permasalahan diatas maka penulis merumuskan masalah bagaimana konsep dasar E-Retailing/E-tailing.
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1 Pembelajaran dalam pembuatan skripsi.
1.3.2 Memenuhi tugas matakuliah Konsep E-bisnis.
1.4. Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Menambah dan memperoleh pengetahuan tentang e-retaildalam e-commerce sebagai suatu media informasi pembelian barang secara online melalui internet.
1.4.2 Bagi Pembaca
Memberikan wawasan tentang kegiatan perdagangan baik barang maupun jasa dengan cara lain yakni dengan media internet.
BAB II
LANDASAN TEORI
2. 1. Komsep Dasar Retail
2.1.1. Definisi Retail
Retail adalah pengecer. Pengecer berperan sebagai perantara yang berharga dengan menditribusikan produk langsung kepada pelanggan.
2.1.2. Karakteristik Retail
Kebanyakan pengecer dapat diuraikan dengan karakteristik berikut :
a. Jumlah Toko
Toko pengecer independen hanya memiliki satu toko, sedangkan rantai usaha memiliki lebih dari satu toko. Meskipun toko pengecer independen ini lebih banyak jika dibandingkan toko rantai usaha, toko rantai usaha biasanya lebih besar dari rata-rata. Toko rantai usaha sering memiliki reputasi diseluruh negara, yang biasanya memberikan kredibilitas ini adalah keunggulan utamanya melebihi toko pengecer independen.
b. Kualitas Pelayanan
Toko pengecer dengan jasa penuh biasanya menawarkan banyak bantuan penjualan untuk pelanggan dan memberikan pelayanan yang dibutuhkan. Beberapa produk akan lebih tepat untuk jasa penuh dibanding dengan produk lain.
c. Variasi Produk Yang Ditawarkan
Toko pengecer barang-barang spesial menspesialisasikan jenis produk tertentu, seperti peralatan olahraga, meubel, atau suku cadang kendaraan.
d. Toko Melawan Bukan Toko
Meskipun kebanyakan pengecer menggunakan toko untuk menawarkan jasa mereka, namun banyak juga yang tidak menggunakan toko. Tiga jenis pengecer bukan toko yang umum adalah pengecer e-mail older, situs, dan vending machines.
2.2. Konsep Dasar E-Retailing
2.2.1. Definisi E-Retail
E-retail adalah kegiatan retail yang dilakukan secara online melalui internet.
2.2.2. Karakteristik Bisnis E-Retil / E-Tailing
a. B2C.
b. Dijalankan dengan format digital atau online.
c. Mengupayakan good will untuk menarik konsumen.
d. Memberikan garansi pelayanan.
e. Menyediakan barang atau jasa dengan harga yang relatif murah atau terjangkau.
f. Menyediakan pembayaran secara kredit.
g. Menjual barang dengan spesifikasi standart.
h. Memahami masalah pengepakan.
2.3. E-Retailer
2.3.1. Definisi E-Retailer
E-retailer adalah pihak yang melakukan kegiatan retail melalui internet. E-retailer berperan penting dalam kegiatan e-retail. Mereka merupakan jasa layanan retail dan juga pengguna jasa retail.
2.4. E-Commerce
2.4.1. Definisi E-Commerce
E-commerce adalah proses penjualan secara elektronis melalui dunia maya.
2.4.2. Komponen Dalam E-Commerce
a. Pemesan.
b. Penjual.
c. Bank.
d. Media àElektronikàInternet.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian
3.1.1 Retail
Retail merupakan pengecer yang berperan sebagai perantara yang berharga dengan mendistribusikan produk langsung kepada pelanggan.
3.1.2 E Retailing
E Retailing adalah kegiatan retail atau menawarkan barang yang dilakukan dengan cara membuat situs-situs Retailing di internet.
3.1.2 E Retailer
E Retailer adalah pihak yang melakukan kegiatan retail dengan menggunakan media internet.
3.2 Karakteristik Bisnis E Tailing
Dalam kegiatan bisnis dengan cara E Retailing terdapat beberapa karakteristik yang membedakannya dengan kegiatan bisnis lain, yaitu :
a. Business to Consumer (B2C).
b. Dijalankan dengan format digital/online.
c. Mengupayakan goodwill untuk menarik konsumen (goodwill => value delivery).
d. Memberikan garansi pelayanan.
e. Menyediakan barang/jasa dengan harga yang relatif murah/terjangkau.
f. Menyediakan pembayaran secara kredit.
g. Menjual barang dengan spesifikasi standar.
h. Memahami masalah pengepakan.
3.3 Model Bisnis E Tailing
Klasifikasi E Tailing dapat didasarkan melalui macam saluran pendistribusiannya :
a. Pemesanan/pengiriman barang/jasa melalui pos.
b. Pemasaran online dari perusahaan manufaktur(komputer) :
1. Pure-play e-tailers : produsen yang melakukan penjualan melalui internet tanpa menggunakan perantara agen fisik(proses, agen, dan produk digital).
2. Click-and-mortar retailers : menggunakan baik proses digital maupun agen fisik.
3.4 Barang-barang yang Biasanya ditawarkan dalam E Tailing
Terdapat banyak sekali macam barang atau jasa yang ditawarkan dengan cara E Retailing yang diantaranya :
a. Travel
Konsumen dapat mengetahui informasi tentang paket-paket perjalanan atau wisata dan dapat memesan tiket langsung secara online.
Contoh : airasia.com
b. Fashion
Konsumen dapat mengetahui trend fashion terbaru dan dapat memesan secara online barang-barang fashion yang diinginkan.
Contoh : www.teenvogue.com
c. Book and Music
Konsumen dapat mencari informasi tentang buku terbitan terbaru dan lagu-lagu baru yang ada. Konsumen dapat secara online memesan buku yang diinginkan melalui toko online yang ada. Konsumen juga bisa mendownload lagu-lagu yang diinginkan baik secara free ataupun premium.
Contoh : www.gramediaonline.com dan beemp3.com
d. Software
Konsumen dapat mengetahui pasar penjualan software yang ada dan melakukan pembelian secara online dan downloading.
Contoh : www.microsoft.com
3.5 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjalankan E Retailing
Dikarenakan persaingan bisnis yang sangat ketat karena adanya E Retaiing ini maka seorang Retailer perlu memperhatikan beberapa hal berikut :
a. Menyiasati tekanan bisnis.
b. Menganalisa biaya branding.
c. Pembuatan web yang menarik dan interaktif.
d. Mencari relasi yang potensial.
e. Mempersiapkan dana untuk persiapan promosi.
3.6 Keuntungan Adanya E Retailing
Beberapa keuntungan yang dapat kita peroleh dengan adanya E Retailing :
a. Merupakan cara penjualan produk yang efektif dan cepat.
b. Aman secara fisik.
c. Mempunyai nilai Fleksibel.
d. Perluasan pasar.
e. Memperpendek jarak.
3.7 Alasan Retailer tidak Melakukan Penjualan Secara Online
Tidak semua pelaku bisnis menawarkan barang/jasa mereka dengan cara E Retailing. Hal ini dikarenakan oleh beberapa hal sebagai berikut :
a. Produk yang dihasilkan tidak memungkinkan untuk dijual di web.
b. Biaya-biaya yang dikeluarkan terlalu tinggi.
c. Tidak ada peluang atau peluang terlalu kecil untuk melakukan bisnis secara online.
d. Pelaku retail kurang memahami teknologi informasi.
e. Penjualan produk tidak sevisi dengan bisnis inti.
3.8 E Grosir
Grosir yang menerima pemesanan secara online akan segera mengirimkan pesanan dalam waktu satu hari atau dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Pengiriman barang biasanya dilakukan setelah order diterima. Tergantung barang yang akan dibeli digital atau konvensional. Jika barang yang dipesan merupakan barang fisik maka di perlukan jasa pos atau kurir untuk mengirimkannya kepada pemesan. Namun jika barang yang dipesan/dibeli merupakan barang abstrak(misal : software) maka dapat dikirim langsung secara online atau demi menjaga keamanan juga dapat dikirim dengan jasa kurir.
3.9 Pengelolaan Pariwisata Secara Online
Dengan munculnya internet maka sektor pariwisatapun terkena dampaknya. Banyak sekali sekarang para pengusaha di bidang pariwisata menawarkan paket-paket wisata mereka dengan cara E Retailing.
a. Pelayanan spesial pariwisata dapat berupa :
1. Pelayanan online.
2. Direct Marketing.
3. Alliances and Consortia.
b. Dampaknya :
1. Agen pariwisata fisik yang semakin berkurang seiring penggunaan internet sebagai agen digital.
2. Memacu dan memajukan sektor wisata, karena adanya pihak ketiga yang dapat membantu membandingkan range antara harga dengan jasa tambahan kepada konsumer.
3.10 Pasar Kerja Online
Dunia kerja pun sekarang lebih semarak dengan adanya E Retailing. Para pencari kerja dimanjakan dengan kemudahan untuk mencari infomasi dunia kerja secara update sehingga peluang mendapatkan pekerjaan semakin besar.
a. Komponen Pasar Kerja Online :
Job Seekers(pencari kerja).
Employers(para buruh).
Job Agencies.(para Agen-agen Pekerjaan).
Government Agencies and Institutions(Institusi dan Agen Pemerintah).
b. Alasan Pembatasan Pasar Kerja Online :
1. Jarak antara pemberi kerja dengan pencari kerja. Pemberi kerja tidak mengenali skill pencari kerja dengan baik dan akses internet yang terbatas berkaitan dengan Electronic Job Market.
2. Tidak dibacanya aplikasi yang masuk sebagai screening pencari kerja. Karena pencari kerja mudah dalam mendaftar/melamar pekerjaan dengan sistem online.
3. Biaya yang besar dalam merekrut pekerja dan menyalurkan tenaga kerja ke dalam perusahaan.
4. Keamanan dan privasi data pencari kerja yang dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu yang tidak semestinya.
3.11 Real Estate Online
Bisnis online mulai berdampak pada bisnis real estate yang mulai menampakkan trend positif. Dilihat dari banyaknya web real estate yang menawarkan bisnis properti(tanah, bangunan, gudang, dsb).
Aplikasi dari Bisnis Real Estate Online :
a. Memberikan saran dan masukkan bagi konsumen dalam melakukan pembelian atau penjualan properti.
b. Memberikan pilihan-pilihan kepada konsumen dalam bentuk daftar katalog.
c. Menhubungkan konsumen dengan perusahaan real estate bonafit di kota-kota besar.
d. Memberikan pilihan lokasi/tempat strategis kepada konsumen dalam memilih tempat yang diinginkan.
e. Memberikan informasi-informasi properti termasuk harga jual, harga beli, harga sewa sebuah properti.
3.12 E Banking
E Banking adalah kegiatan transaksi perbankan yang dilakukan secara online dengan menggunakan media internet. Beberapa retailer dapat melakukan transaksi pembayaran antar negara, melalui credit card yang dikelola oleh bank internasional, meski pembayaran berbeda nilai dan mata uang.
Pelayanan Perbankan online :
a. Pembayaran atas tagihan-tagihan pelanggan. Misal : pembayaran rekening listrik, telepon, dsb.
b. Pembayaran aneka pajak.
c. Transfer uang antar bank.
d. Transaksi perbankan online antar pelaku E Banking.
e. Informasi nilai kurs, suku bunga, atau harga saham.
f. Pengisian voucher pulsa GSM atau CDMA.

Kamis, 17 Februari 2011

Tugas Proposal

USULAN PROPOSAL

ANALISIS PIUTANG TAK TERTAGIH PADA
PT. WANGI INDONESIA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengerjakan Tugas Akhir
Pada Program Studi Akuntansi
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi


Untitled-1 copy



    Disusun oleh            :
                        NAMA                       : SWASTIKA MAHARDIKA WATI
                        NIM                           : 01380078




PROGRAM STUDI AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
WIDYA PERSADA
JAKARTA
2011





DAFTAR ISI


                                                                                                                                                  Halaman
DAFTAR ISI   ....................................................................................         ii
BAB I PENDAHULUAN  
  1. Latar Belakang   .....................................................................            1
  2. Batasan Masalah   .................................................................             3
  3. Rumusan Masalah   ..............................................................              3
  4. Tujuan dan Manfaat Penulisan   ............................................                3
1.      Tujuan Penulisan   ..........................................................             3
2.      Manfaat Penulis   ...........................................................             4
a.      Bagi Penulis   ...........................................................             4
b.      Bagi Perusahaan   ...................................................              4
c.      Bagi Pembaca   .......................................................             4
  1. Hipotesa   ...............................................................................          4
BAB II METODE PENELITIAN  
  1. Desain Penelitian   ................................................................            5
1.      Tehnik Pengumpulan Data   …………………….........                    5
a.      Observasi   ………………………………………..                      5
b.      Wawancara   ……………………………………...                      5
c.      Studi Pustaka   ........................................................           5
2.      Data-data yang dibutuhkan   ………………………..                      6
3.      Metode Analisa Data   ……………………………….                      6
4.      Lokasi Penelitian   ……………………………….......                     6
  1. Landasan Teori   ..........................................................……             7
1.      Pengertian Piutang   …………………………………                      7
2.      Jenis-jenis Piutang   …………………………………                      8
3.      Piutang Tak Tertagih   ………………………………                     10
4.      Umur Piutang   ………………………………………                    12
DAFTAR PUSTAKA





BAB I

PENDAHULUAN



A.     Latar Belakang
Usaha yang ada saat ini terdiri dari perusahaan jasa dan perusahaan dagang. Dalam operasi jasa, pemberian jasa merupakan kegiatan yang paling utama untuk memperoleh minat pelanggan. Meski terjadi parsaingan antara perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, namun hal inilah yang pada dasarnya memacu setiap perusahaan untuk memberikan pelayanan lebih baik lagi demi memenangkan pasar.
Kemampuan merebut pasar dari tangan pesaing tidak lepas dari strategi pemasaran perusahaan. Pemasaran suatu perusahaan meliputi usaha promosi dan strategi penjualan baik tunai maupun kredit. Perusahaan pada saat ini umumnya lebih banyak menjual produknya secara kredit karena sistem penjualan tersebut dipilih sebagai salah satu pembenahan bentuk penjualan yang cocok pada saat sekarang ini. Sistem penjualan kredit ini mengharuskan perusahaan membuat suatu kebijakan tersendiri baik yang menyangkut jumlah piutangnya, cara pemberian piutang dan evaluasi terhadap piutang tersebut.
Piutang timbul apabila perusahaan menjual barang atau jasa kepada pihak lain secara kredit. Tagihan bisa timbul dari berbagai macam sumber, tetapi jumlah yang terbesar biasanya timbul dari penjualan barang atau jasa. Piutang sendiri dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu piutang dagang dan piutang nondagang. Piutang dagang merupakan piutang yang timbul dari penjualan barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan sedangkan piutang nondagang merupakan piutang yang timbul bukan dari penjualan barang-barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Piutang adalah uang yang terhutang oleh pelanggan atas barang yang telah kita jual atau jasa yang telah kita berikan.
Piutang usaha yang muncul, apabila tidak dapat dibayarkan atau terjadi kemungkinan customer bangkrut atau menghilang, maka akan mengakibatkan munculnya piutang tak tertagih. Hal ini disebabkan karena dalam transaksi kredit ini ada tenggang waktu sebelum pelunasan hutang dari pihak debitur dan kondisi ini komponen piutang tak tertagih kemungkinan besar masih bisa terjadi. Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan pengawasan yang ketat oleh manajemen perusahaan terhadap pengendalian piutang untuk menghindari kerugian yang cukup besar.
Tidak ada satu pun dari perusahaan yang mengharapkan bahwa dari sekian banyaknya debitur terdapat sebagian yang tidak bisa membayar kewajibannya walaupun dalam proses pemberian kredit telah di teliti sebaik-baiknya. Namun, pada kenyataannya resiko tak tertagih atas sejumlah piutang pasti akan ditemui.  Untuk itu perusahaan seringkali membuat daftar piutang berdasarkan umurnya (aging schedule) untuk memudahkan perhitungan piutang yang beredar kemudian menghitung cadangan kerugian piutang yang akan dibebankan pada akhir periode untuk mengakomodasikan kemungkinan piutang tak tertagih. Piutang tak tertagih ini biasanya oleh pihak perusahaan menetapkan persentase tertentu untuk menggambarkan seberapa besarpengaruhnya terhadap kondisi keuangan perusahaan.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti mengambil judul “Analisis Piutang Tak Tertagih Pada PT. Wangi Indonesia”.
B.  Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah “Upaya apa yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mengatasi piutang tak tertagih”.
C.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti adalah “Bagaimana cara mengatasi piutang tak tertagih yang terjadi pada PT. Wangi Indonesia?”
D.  Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.      Tujuan Penulisan
a.      Untuk membandingkan terori-teori yang didapat semasa  perkuliahan dengan yang terjadi pada PT. Wangi Indonesia.
b.      Untuk menambah wawasan dan dapat mengimplementasikan ilmu yang diperoleh semasa perkuliahan.
2.      Manfaat Penulis
a.      Bagi Penulis
Menambah ilmu dan wawasan mengenai piutang tak tertagih  dan metode penghapusan piutang tak tertagih.
b.      Bagi Perusahaan
Sebagai bahan informasi bagi pihak manajemen mengenai piutang tak tertagih.
c.      Bagi Pembaca
Sebagai referensi dan untuk menambah wawasan tentang piutang tak tertagih.
E.   Hipotesa
Cara mengatasi piutang tak tertagih pada PT. Wangi Indonesia adalah dengan cara melakukan pengendalian piutang dagang. Pengendalian piutang dagang yang sangat terkendali dan memadai akan berpengaruh terhadap perkembangan laba perusahaan.



                                                             BAB II

METODE PENELITIAN



A.     Desain Penelitian
Didalam membuat proposal tugas akhir ini peneliti menggunakan metode Eksplanasi yaitu secara teori sudah benar tapi belum tentu praktek di lapangan sama seperti teori yang sudah ada, kita perlu melakukan pembuktian lebih untuk lanjut.
1.    Tehnik Pengumpulan Data
a.      Observasi
Yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap kegiatan ataupun prosedur kerja yang berhubungan dengan objek yang diteliti, seperti : prosedur penagihan piutang dan sebagainya.
b.      Wawancara
Yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait dengan obyek penelitian, seperti : wawancara dengan bagian keuangan.
c.      Studi Pustaka
Yaitu penelitian yang dilakukan diperpustakaan untuk mengumpulkan data-data sekunder yang bersumber pada buku-buku, literature-literature dan dokumen yang berhubungan dengan masalah yang menjadi objek penelitian.

  1. Data-data yang dibutuhkan
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data :
a.      Data Primer
Berupa data yang diperoleh langsung dari perusahaan yaitu Neraca dan Daftar Umur Piutang.
b.      Data Sekunder
Berupa data-data pendukung yang diperoleh dari perusahaan berupa sejarah perusahaan, struktur organisasi serta visi dan misi perusahaan.
  1. Metode Analisa Data
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah metode analisis dengan terlebih dahulu mengumpulkan data yang didapat dari hasil penelitian berupa fakta-fakta verbal atau keterangan saja.
  1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada PT. Wangi Indonesia yang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa dan service seperti penggantian refill pengharum ruangan dan penggantian lady bin (tempat pembuangan pembalut wanita) yang terletak di Jl. Jatinegara Timur No. 105/B3 Jakarta Timur,  Telp 021-8510725

B.    Landasan Teori
1.      Pengertian Piutang
Piutang merupakan komponen aktiva lancar yang penting dalam aktivitas ekonomi suatu perusahaan karena merupakan aktiva lancar perusahaan yang paling besar setelah kas. Piutang timbul karena adanya penjualan barang atau jasa secara kredit, bisa juga melalui pemberian pinjaman. Adanya piutang menunjukkan terjadinya penjualan kredit yang dilakukan perusahaan sebagai salah satu upaya perusahaan dalam menarik minat beli konsumen untuk memenangkan persaingan.
Beberapa definisi piutang menurut para pakar yaitu :
Menurut Warren, Reeve, Fess (404 : 2005) “Piutang usaha (account receivable) timbul akibat adanya penjualan kredit. Sebagian besar perusahaan menjual secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau jasa. Istilah piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya”.
            Menurut Hadri Mulya (198 : 2010) “Piutang adalah berupa hak klaim atau tagihan berupa uang atau bentuk lainnya kepada seseorag atau suatu perusahaan”.
            Menurut Soemarso SR (338 : 2004) “Piutang merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran kepada langganan-langganannya pada waktu melakukan penjualan”.
Menurut Mardiasmo (51 : 2000) “Piutang dagang atau piutang usaha merupakan piutang atau tagihan yang timbul dari penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang dagang biasanya diberikan penjual kepada pembeli barang dagangan atau jasa atas dasar kepercayaan, tanpa disertai dengan janji tertulis secara formal”.
                        Menurut Slamet Sugiri (43 : 2009) “Piutang adalah tagihan baik kepada individu-individu maupun kepada perusahaan lain yang akan diterima dalam bentuk kas”.
                        Berdasarkan definisi-definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa “Piutang adalah hak penagihan kepada pihak lain atas uang, barang atau jasa yang timbul karena adanya penjualan barang atau jasa secara kredit dalam jangka waktu satu tahun atau dalam siklus normal perusahaan”.
2.      Jenis-jenis Piutang
Sebelum suatu transaksi penjualan dilakukan, biasanya terlebih dahulu ada kesepakatan mengenai cara pembayaran transaksi tersebut apakah secara tunai atau kredit. Apabila pembayaran dilakukan secara tunai maka perusahaan akan langsung menerima kas. Namun apabila pembayaran dilakukan secara kredit maka perusahaan akan menerima piutang.
Pengklasifikasian piutang dilakukan untuk memudahkan pencatatan transaksi yang mempengaruhinya. Berikut beberapa definisi klasifikasi piutang menurut para pakar yaitu :
Menurut Keiso, Weygandt, Warfield (386 : 2002) piutang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a.      Piutang Lancar (Jangka Pendek)
b.      Piutang Tak Lancar (Jangka Panjang)
Menurut Warren, Reeve, Fess (404 : 2005) piutang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1)     Piutang Usaha (Account Receivable)
Yaitu piutang yang berasal dari penjualan barang atau jasa yang merupakan kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang Dagang ini diperkirakan akan dapat ditagih dalam jangka waktu yang relatif pendek, 30 atau 60 hari. Piutang Dagang di Neraca diklasifikasikan sebagai aktiva lancar.
2)     Piutang Wesel / Wesel Tagih ( Notes Receivable)
Yaitu jumlah yang terhutang bagi pelanggan jika perusahaan telah menerbitkan surat hutang formal. Wesel biasanya digunakan untuk jangka waktu pembayaran lebih dari 60 hari. Jika wesel diperkirakan akan tertagih dalam jangka waktu satu tahun, maka dalam neraca wesel diklasifikasikan sebagai aktiva lancar.

3)     Piutang Lain-lain
Meliputi piutang bunga, piutang pegawai, dan piutang dari perusahaan. Jika piutang lain-lain diperkirakan dapat ditagih dalam jangka waktu satu tahun, maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva lancar.
Sedangkan menurut Soemarso SR (338 : 2004) piutang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a)     Piutang Dagang
Yaitu piutang yang berasal dari penjualan barang dan jasa yang merupakan kegiatan usaha normal perusahaan.
b)     Piutang Lain-lain
Meliputi piutang pegawai, piutang bunga, piutang dari pemegang saham, dan lain-lain.
3.      Piutang Tak Tertagih
            Penjualan secara kredit akan menguntungkan perusahaan karena lebih menarik calon pembeli, sehingga volume penjualan meningkat dan menaikkan pendapatan perusahaan. Dipihak lain penjualan secara kredit sering kali mendatangkan kerugian yaitu apabila si debitur tidak mau atau tidak mampu melaksanakan kewajibannya. Bila suatu barang atau jasa dijual secara kredit, biasanya sebagian dari piutang langganan tidak dapat ditagih. Hal ini sudah merupakan gejala umum dan resiko yang harus ditanggung oleh perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan penjualan kredit.
            Betapapun telah teliti didalam mengevaluasi kondisi pelanggan dalam pembelian kredit dan sangat efesien prosedur penagihan piutang, namun kenyataannya masih terdapat sejumlah pelanggan yang tidak dapat memenuhi kewajibannya. Biaya operasi yang timbul dari tak tertagihnya piutang tersebut disebut kerugian dari piutang tak tertagih.  
            Terdapat dua metode akuntansi untuk mencatat piutang yang diperkirakan tidak akan tertagih yaitu :
a.      Metode Penyisihan (allowance method)
Metode penyisihan mencatat beban atas dasar estimasi, dalam periode akuntansi dimana penjualan kredit  dilakukan. Pendukung metode penyisihan merasa yakin bahwa beban piutang tak tertagih harus dicatat pada periode yang sama. Mereka mendukung pendapat bahwa, walaupun melibatkan estimasi, namun presentase piutang yang tidak akan tertagih dapat diramalkan dari pengalaman masa lalu, kondisi pasar berjalan, dan analisis atas saldo yang beredar. Banyak perusahaan membuat kebijakan kreditnya dengan menciptakan piutang tak tertagih dalam presentase tertentu. Metode penyisihan hanya tepat dalam situasi dimana terdapat kemungkinan bahwa nilai aktiva telah menurun dan jumlah penurunan (kerugian) tersebut dapat di estimasi secara layak. Estimasi ini biasanya dibuat atas dasar presentase penjualan dan piutang yang beredar.
b.      Metode Penghapusan Langsung (direct write of method)
Metode penghapusan langsung  mencatat piutang tak tertagih pada tahun dimana diputuskan bahwa suatu piutang tertentu tidak dapat ditagih. Pendukung metode penghapusan langsung  berpendapat bahwa yang dicatat haruslah fakta, bukan estimasi. Metode penghapusan langsung secara teoritis memiliki kelemahan karena biasanya tidak menandingkan biaya dengan pendapatan pada periode bersangkutan, atau menghasilkan piutang yang ditetapkan pada estimasi nilai yang dapat direalisasi di neraca. Karenanya, pemakaian metode penghapusan langsung tidak dipandang tepat, kecuali kalau jumlah piutang tak tertagih tidak material.
4.      Umur Piutang (Aging Schedule)
            Salah satu cara untuk menghitung penyisihan piutang tak tertagih adalah dengan menerapkan presentase berbeda terhadap kelompok umur piutang tertentu. Setiap akhir periode akuntansi, misalnya akhir bulan atau akhir tahun, dibuat daftar piutang. Ini adalah rincian saldo piutang menurut nama pelanggan pada suatu saat tertentu. Agar dapat diketahui berapa lama piutang suatu pelanggan telah berlalu, daftar piutang, biasanya, dikelompokkan menurut umur. Umur piutang adalah jangka waktu sejak dicatatnya transaksi penjualan sampai dengan saat dibuatnya daftar piutang. Biasanya umur piutang dikelompokkan menurut jumlah hari tertentu. Saldo piutang untuk satu pelanggan mungkin termasuk dalam satu atau lebih kelompok umur piutang.
            Umur piutang sering digunakan dalam praktek. Umur piutang ini mengindikasi akun mana yang memerlukan perhatian khusus dengan memperlihatkan umur piutang usaha. Umur piutang biasanya tidak disusun untuk menentukan beban piutang tak tertagih, tetapi sebagai alat pengendalian untuk menentukan komposisi piutang dan mengidentifikasi piutang yang diragukan. Akan tetapi, metode ini memiliki kelemahan karena mungkin tidak menandingkan beban piutang tak tertagih dalam periode terjadinya penjualan. 




                                                      DAFTAR PUSTAKA


  
Keiso, Weygandt, Warfield. Akuntansi Intermediate. Diterjemahkan oleh
Herman Wibowo. Jilid 1. Jakarta : Erlangga, 2002

Mardiasmo. Akuntansi Keuangan Dasar. Edisi 2. Yogyakarta : BPFE,  2000

Mulya, Hardi. Memahami Akuntansi Dasar. Edisi 2. Jakarta : Mitra Wancana Media, 2009

Soemarso S. R. Akuntansi Suatu Pengantar. Buku 1 Edisi 5 Revisi. Jakarta : Salemba Empat, 2004

Sugiri, Slamet. Akuntansi Pengantar 2. Yogyakarta : UPP STIM YKPN, 2009

Warren, Reeve, Fess. Accounting Pengantar Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat, 2005